Opini  

Drama Korea dalam Demokrasi

Drama korea (Drakor) saat ini banyak sekali ditonton dari seluruh lapisan. Bukan hanya anak muda, bahkan ibu-ibu pun banyak yang tidak mau ketinggalan satu season pun dari drama Korea itu sendiri.

Drama tersebut benar benar membawa penonton masuk ke suasana sedih, kesal, emosi, bahagia dan bahkan penontonpun menjadi baper (bawa perasaan). Sehingga para penonton tidak rela ketinggalan setiap season drama tersebut.

Situasi drakor ini semakin terlihat, dimana banyak statement yang ditampilkan penggiat politik ( yang menobatkan diri sebagai Tim Sukses bakal calon) cenderung terbawa perasaan dalam kondisi politik saat ini. Ada yang terlihat senang dengan senyum sumringah, ada yang terlihat cemas. Apakah itu Pengaruh dari drama tersebut atau tidak hanya mereka yang tau.

Baca Juga :  Bursa Calon di Pilkada Bungo 2024, Siapa Saja yang Bakal Maju?

Yang pastinya masyarakat sangat berharap suasana hati dari Drama ini tidak mempengaruhi suasana hati dari pengiat politik tersebut. Karena apabila suasana baper dalam drama korea tersebut bisa mempengaruhi perasaan calon dan tim sukses pastinya akan memiliki dampak negatif pada sistem demokrasi, Karena saat ini yang menobatkan diri sebagai calon Gubernur Jambi rata – rata adalah pemimpin (kepala derah baik bupati, wali kota maupun petahana sang gubernur sendiri).

Baca Juga :  Pejuang Rakyat yang Tersesat: Kontradiksi antara Pengakuan dan Realitas

Masyarakat tidak ingin suasana baper drakor tersebut menjadi dikotomi politik sehingga akan berujung pada black campaign terhadap personal sang calon, intervensi bahkan intimidasi pada pendukung calon lain.

Yang diinginkan adalah kebebasan masyarakat untuk menentukan siapa calon yang didukung karena mendukung dan memilih bukan suatu kewajiban melainkan suatu hak.