Masuk Musim Hujan, Petani di Bungo Sulit Mendapat Getah Karet

SIDAKPOST.ID, BUNGO – Memasuki musim hujan, para petani karet di sejumlah wilayah Kabupaten Bungo, kesulitan menoreh getah karet. Akibatnya produksi getah karet juga menurun 30 persen dari musim kemarau.

Sofian, salah satu patani karet di wilayah Dusun Mangun Jayo, Kecamatan Muko-Muko Bathin VII, saat dibincangi mengatakan, benar memasuki musim hujan, sangat sulit menoreh getah karet.

Karena, kalau dipaksakan akan berakibat buruk pada batang karet itu sendiri. Kalau untuk harga, di beberala toke karet di dusun masih berkisar Rp 7.800/kilo-nya. Namun ada juga yang membeli dibawaha harga itu. Karena, dilihat kondisi getah karet itu sendiri.

Baca Juga :  Gas Melon Susah Didapat dan Tembus Rp 35 ribu, Rakyat Kecil Menjerit

“Ya kalau kondisi karet yang kita jual kualitasnya bagus maka, harganya juga akan berneda dengan karet yang kurang bagus. Ya sebagai petani kami sangat berharap harga getah karet ini bisa lebih baik seperti harga beberapa tahun sebelumnya,” kata Sofian, Sabtu (17/11).

Bahkan kata Sofian, hujan membuat aktivitas menyadap sulit dilakukan. Air hujan tidak saja membasahi pohon, tetapi juga alur sadapan. Air hujan masuk ke cawan tempat menampungan getah karet.

Baca Juga :  Dilanda Banjir Pemkab Bungo, Naikan Status Jadi Tanggap Darurat

“Akibatnya, getah bercampur air dan mengurangi kualitas karet yang hendak kita jual. Getah juga sulit membeku, karena bercampur air,” keluhnya.

Menurut Sofiqn, petani setempat biasanya mampu menoreh 1800-200 kilogram getah per hektar setiap bulannya. Namun pada musim kemarau . Namun, pada musim hujan seperti ini hanya sekitar 100 kilogram.

Masalah sulitnya menyadap muncul, sejak sekitar dua bulan terakhir dan sejak November curah hujan di Kabupaten Bungo. Hampir setiap hari hujan turun meski hanya sebentar.