SIDAKPOST.ID, Jakarta – Industri pariwisata Indonesia menunjukkan pertumbuhan yang signifikan pada 2024 dengan mencatatkan jumlah kunjungan wisatawan mancanegara sebanyak 12,66 juta hingga November. Angka ini mencerminkan pemulihan pariwisata pasca-pandemi yang semakin kuat. Namun, meskipun pencapaian ini menggembirakan, Indonesia masih berada di bawah Thailand, yang berhasil menarik lebih banyak pengunjung dalam periode yang sama.
Beragam destinasi wisata yang dimiliki Indonesia menjadi daya tarik utama. Dari pantai-pantai eksotis di Bali, Raja Ampat, dan Lombok, hingga keindahan budaya tradisional di Yogyakarta dan Toraja, negara ini menawarkan pengalaman yang sangat beragam bagi wisatawan. Bali tetap menjadi magnet utama, menyumbang sebagian besar dari total kunjungan. Sementara itu, destinasi seperti Labuan Bajo, dengan daya tarik komodo, dan Danau Toba, yang menjadi salah satu dari lima destinasi super prioritas, mulai menarik perhatian dunia.
Namun, ada tantangan besar yang harus dihadapi untuk meningkatkan daya saing pariwisata Indonesia. Infrastruktur yang belum merata, terutama di luar Pulau Jawa dan Bali, menjadi salah satu kendala utama. Beberapa destinasi potensial sulit dijangkau oleh wisatawan karena keterbatasan akses transportasi. Selain itu, promosi digital yang masih kalah gencar dibandingkan negara-negara tetangga membuat Indonesia belum sepenuhnya mampu memanfaatkan potensi pasar global.
Thailand, misalnya, memiliki strategi pemasaran pariwisata yang sangat efektif. Melalui kampanye “Amazing Thailand,” negara tersebut secara konsisten mempromosikan dirinya sebagai destinasi wisata yang ramah, mudah diakses, dan penuh kejutan. Selain itu, pemerintah Thailand juga memberikan insentif besar bagi maskapai penerbangan dan operator tur untuk memudahkan akses ke negara mereka.
Untuk bersaing dengan Thailand, Indonesia mulai mengadopsi pendekatan yang serupa. Pemerintah dan pelaku industri pariwisata kini lebih fokus pada pemasaran digital. Dengan menggandeng influencer internasional, menciptakan konten kreatif, dan menggunakan platform media sosial secara lebih efektif, Indonesia berharap dapat meningkatkan eksposur globalnya. Kampanye “Wonderful Indonesia” terus dikembangkan untuk menunjukkan keragaman budaya, keindahan alam, dan keramahan masyarakatnya.
Salah satu strategi lain adalah pengembangan desa wisata. Desa-desa seperti Penglipuran di Bali dan Wae Rebo di Flores menjadi contoh sukses bagaimana pariwisata dapat dikelola secara berkelanjutan. Dengan mengintegrasikan tradisi lokal, ekowisata, dan pengalaman autentik, desa-desa ini tidak hanya menarik wisatawan, tetapi juga memberikan dampak ekonomi langsung bagi masyarakat setempat.
Selain itu, Indonesia juga memanfaatkan berbagai acara internasional untuk mempromosikan pariwisatanya. Gelaran seperti MotoGP di Mandalika, Konferensi Tingkat Tinggi ASEAN, dan festival budaya internasional menjadi ajang untuk memperkenalkan potensi wisata Indonesia kepada dunia. Acara-acara ini tidak hanya menarik wisatawan, tetapi juga meningkatkan citra Indonesia sebagai destinasi yang aman dan layak dikunjungi.
Melalui kombinasi promosi yang lebih strategis, pengembangan infrastruktur, dan fokus pada keberlanjutan, Indonesia berharap dapat melampaui capaian saat ini. Target jangka panjangnya adalah menjadikan pariwisata sebagai salah satu pilar utama perekonomian, sekaligus menunjukkan kepada dunia bahwa Indonesia memiliki keunikan dan keindahan yang tak tertandingi.
Dengan usaha bersama dari pemerintah, pelaku industri, dan masyarakat, Indonesia optimistis mampu bersaing di pasar pariwisata global. Meski perjalanan masih panjang, pencapaian 12,66 juta wisatawan adalah langkah awal yang menjanjikan untuk menciptakan masa depan pariwisata yang lebih gemilang.
Sumber: Liputan6.com
Editor: Madi