Tenggelam dalam Deadline: Gaya Hidup Jurnalis yang Mengabaikan Kesehatan

Ilustrasi jurnalis sedang begadang karena banyak dikejar deadline. (AI)

Dalam dunia jurnalistik yang serba cepat, mengejar berita dan memenuhi tenggat waktu menjadi bagian dari keseharian. Tak jarang, jurnalis harus bekerja hingga larut malam, bahkan mengabaikan waktu istirahat. Akibatnya, gaya hidup jurnalis menjadi tidak sehat dan mengundang berbagai gangguan kesehatan, mulai dari kelelahan kronis hingga masalah pencernaan dan tekanan darah tinggi.

Kesalahan jurnalis yang paling umum adalah mengabaikan tanda-tanda tubuh yang lelah. Mereka terus memaksakan diri demi menyelesaikan artikel atau liputan tanpa memperhatikan kebutuhan fisik. Padahal, ketahanan tubuh sangat dibutuhkan agar dapat terus beraktivitas di lapangan maupun di ruang redaksi dengan optimal.

Gaya hidup jurnalis yang demikian bisa diubah secara bertahap. Mulailah dari hal sederhana seperti membawa bekal sehat, menyisihkan waktu 10 menit untuk peregangan di tengah pekerjaan, hingga membatasi konsumsi kafein. Rutinitas baru ini akan memberikan dampak signifikan dalam jangka panjang.

Baca Juga :  Kunjungan Wisatawan Mancanegara ke Indonesia Tembus 12,66 Juta hingga November 2024, Masih Kalah dari Thailand
Baca Juga :  Membangun Gaya Hidup Positif di Lingkungan Kerja untuk Produktivitas Optimal

Selain itu, perusahaan media juga sebaiknya peduli terhadap kesehatan karyawannya. Menyediakan fasilitas kesehatan atau mendorong budaya kerja yang lebih manusiawi dapat membuat jurnalis tetap produktif tanpa harus mengorbankan kesehatan.

Jika jurnalis mampu menjaga kesehatannya, kualitas tulisan yang dihasilkan pun akan meningkat. Kreativitas, kepekaan terhadap isu, serta kecepatan berpikir akan terjaga ketika tubuh berada dalam kondisi prima.

Editor: Madi