Media sosial telah menjadi bagian tak terpisahkan dari kehidupan anak muda saat ini. Meski bermanfaat untuk membangun koneksi dan mendapatkan informasi, terlalu banyak waktu yang dihabiskan di media sosial dapat mengurangi kualitas hidup. Salah satu cara untuk mengatasi hal ini adalah dengan membatasi waktu penggunaan media sosial. Cobalah menetapkan jadwal khusus untuk memeriksa media sosial dan fokus pada aktivitas lain, seperti membaca buku, berolahraga, atau menghabiskan waktu bersama keluarga dan teman.
Di Indonesia, penggunaan media sosial sering kali menjadi kebutuhan sehari-hari, baik untuk berkomunikasi, hiburan, maupun bekerja. Namun, banyak juga cerita tentang dampak negatifnya. Misalnya, beberapa mahasiswa merasa sulit fokus belajar karena tergoda untuk terus menggulir layar ponsel. Studi dari Universitas Indonesia menunjukkan bahwa rata-rata anak muda menghabiskan lebih dari 3 jam sehari di media sosial. Hal ini berpotensi mengganggu waktu belajar dan produktivitas.
Pengalaman lain datang dari seorang remaja di Jakarta yang mengalami stres karena merasa harus selalu “update” di media sosial. Ia mulai merasa cemas melihat kehidupan orang lain yang terlihat lebih sukses dan bahagia. Namun, setelah mencoba detoks digital selama seminggu, ia menyadari bahwa hidup tanpa media sosial memberikan rasa damai yang lebih besar.
Selain itu, penting untuk tetap sadar akan dampak negatif yang bisa ditimbulkan media sosial, seperti perasaan cemas akibat membandingkan diri dengan orang lain. Ingatlah bahwa apa yang ditampilkan di media sosial sering kali hanya sebagian kecil dari kenyataan. Dengan mengurangi konsumsi media sosial dan lebih banyak berinteraksi secara langsung, kita bisa menjaga kesehatan mental dan membangun hubungan yang lebih bermakna.
Referensi: