Nilai tukar rupiah terhadap dolar AS berhasil menunjukkan kestabilan pada awal 2025, dengan berada di kisaran Rp15.200 per dolar AS. Kestabilan ini cukup mencolok di tengah tekanan pasar global yang masih bergejolak akibat konflik geopolitik dan kebijakan moneter ketat di negara maju.
Bank Indonesia (BI) mengungkapkan bahwa langkah-langkah intervensi pasar valas dan penyesuaian suku bunga acuan telah membantu menjaga stabilitas rupiah. “Kami terus memantau kondisi pasar dan siap melakukan langkah-langkah preemptive jika diperlukan,” ujar Gubernur BI dalam pernyataan resminya.
Selain itu, surplus neraca perdagangan Indonesia yang berlanjut selama 38 bulan terakhir juga menjadi faktor pendukung utama. Ekspor sektor pertambangan dan manufaktur mengalami peningkatan signifikan, terutama ke negara-negara Asia Tenggara dan Tiongkok. Produk unggulan seperti nikel dan kendaraan listrik menjadi kontributor utama dalam lonjakan ekspor tersebut.
Pemerintah juga memperkenalkan kebijakan untuk menarik lebih banyak investasi asing langsung (FDI) dengan meluncurkan omnibus law yang mempercepat proses perizinan usaha. Kebijakan ini, menurut Menteri Investasi, telah menarik minat dari sejumlah perusahaan teknologi besar di Asia.
Meski demikian, pengamat ekonomi menyoroti bahwa potensi tekanan dari pengurangan stimulus moneter di AS dan ketidakpastian pasar global tetap ada. Para pelaku usaha diharapkan untuk menjaga efisiensi operasional dan mengelola risiko keuangan dengan lebih baik, terutama dengan memanfaatkan teknologi digital untuk meningkatkan daya saing.
Sumber: Bank Indonesia, Kementerian Perdagangan RI, dan laporan pasar valas mingguan Januari 2025.
Editor: Madi