Kemudian, timbul masalah mengenai fungsi dan kedudukan KNIP muncul kritik-kritik terhadap Pasal VI Aturan Peralihan UUD, yang menurut mereka menggambarkan kekuasaan tidak terbatas pada Presiden/Pemerintah, cermin dari fasisme Jepang.
Oleh sebab itu mereka mendesak untuk mengubah kedudukan dan fungsi KNIP menjadi lembaga yang perpijak atas dasar demokrasi secara nyata. Untuk itu dikeluarkanlah Maklimat Wakil Presiden No.X (dibaca eks) pada tanggal 16 Oktober 1945.
Dengan demikian fungsi KNIP berkembang menjadi fungsi legislatif yang mempunyai fungsi untuk turut menentukan Undang-Undang dan mengawasi atau mengontrol pelaksanaan Undang-Undang bersama Presiden.
Selain itu KNIP juga berusaha mengurus berbagai masalah yang menyangkut kepentingan umum baik yang ada di dalam negeri atau yang menyangkut kepentingan Indonesia dengan negara luar seperti Belanda, untuk melaksanakan tugasnya sehari-hari KNIP dibantu oleh Badan Pekerja KNIP atau BP-KNIP.
Menurut Juniarto (1996:50) Pada penjelasan mengenai Maklumat Wakil Presiden No. X maka Badan Pekerja berkewajiban dan berhak:
1. Turut menetapkan garis-garis besar
haluan negara. Ini berarti bahwa badan
pekerja bersama-sama dengan presiden menetapkan garis-garis besar haluan negara. Badan dan pekerja tidak berhak campur dalam kebijaksanaan pemerintah sehari-hari ini tapi ditangan Presiden semata-mata.
2. Menetapkan bersama-sama dengan Presiden Undang-Undang yang boleh mengenai segala macam urusan pemerintah, yang menjalankan Undang-Undang ini ialah Pemerintah. Artinya, Presiden dibantu oleh mentri-mentri dan pegawai-pegawai yang dibawahnya.
PEMBAHARUAN KNIP