Ketika Pekerjaan Mengambil Segalanya: Jurnalis dan Krisis Waktu Pribadi

Ilustrasi jurnalis yang memiliki jadwal padat hingga lupa waktu pribadi. (AI)

Banyak jurnalis menganggap waktu adalah barang mewah. Jadwal liputan yang padat, tanggung jawab redaksi, hingga panggilan tugas mendadak sering kali membuat kehidupan pribadi terlupakan. Ini merupakan salah satu kesalahan gaya hidup jurnalis yang sangat sering terjadi.

Ketidakseimbangan antara pekerjaan dan kehidupan pribadi lambat laun dapat memicu kelelahan mental. Rasa bersalah karena jarang bersama keluarga, kehilangan waktu untuk diri sendiri, hingga hilangnya hubungan sosial menjadi beban psikologis yang berat.

Untuk itu, penting bagi jurnalis menerapkan prinsip work-life balance. Menetapkan batas jam kerja, mengambil cuti secara berkala, dan berkomunikasi terbuka dengan keluarga adalah cara sederhana tapi efektif untuk menjaga kesehatan mental dan keharmonisan hubungan pribadi.

Baca Juga :  Pengaruh Media Sosial terhadap Gaya Hidup Anak Muda

Gaya hidup jurnalis yang seimbang tidak hanya berdampak positif pada kehidupan pribadi, tapi juga memperkuat kemampuan empati dalam liputan. Seorang jurnalis yang bahagia cenderung lebih peka dan bijak dalam menyampaikan berita.

Baca Juga :  Mengenal Gaya Hidup Zero Waste dan Melaksanakannya

Menjadi jurnalis memang menuntut pengorbanan, namun bukan berarti harus kehilangan kehidupan di luar profesi. Menjaga relasi dan waktu pribadi adalah investasi jangka panjang untuk keberlanjutan karier.

Editor: Madi