Pendukung Garis Keras yang Gagal Move On

Gambar Ilustrasi Pendukung Garis Keras Yang Gagal Move On Dalam Dongeng. (is/ Sidakpost.id)

Di sebuah desa kecil, hiduplah seorang pria bernama Pak Jono, seorang pendukung fanatik calon bupati bernama Pak Surya. Sejak awal kampanye, Pak Jono sangat yakin bahwa jagoannya pasti menang.

Setiap hari, dia mengenakan kaos bergambar wajah Pak Surya, menempelkan poster di rumahnya, dan bahkan mengganti nada dering ponselnya dengan rekaman suara calon bupatinya berpidato. “Bapak-Ibu sekalian! Kemenangan sudah di depan mata!” katanya setiap kali teleponnya berdering.

Hari pemungutan suara tiba, dan malamnya, hasil quick count menunjukkan keunggulan tipis bagi calon lawan. Namun, Pak Jono tetap tenang. “Ah, itu cuma quick count! Yang asli kan real count!” katanya sambil makan gorengan dengan santai.

Beberapa hari kemudian, hasil resmi diumumkan. Calon jagoannya… kalah! Tapi Pak Jono tidak terima. “Ini pasti salah hitung! Kita ke MK!” katanya lantang.

Baca Juga :  Jasmi Sumringah, Setelah Berkas Bacaleg Gelora Bungo Diterima KPU

Dengan penuh semangat, dia mengikuti sidang di Mahkamah Konstitusi (MK). Setiap hari dia duduk di depan televisi dengan mata melotot, mencatat setiap kata yang diucapkan hakim. Hingga akhirnya, keputusan MK keluar: Gugatan ditolak!

Sejak saat itu, kelakuan Pak Jono berubah drastis. Dia mulai bicara sendiri di warung kopi. “Ini pasti konspirasi! Saya sudah lihat di mimpi, Pak Surya tetap bupati di alam lain!” katanya sambil menyeruput kopi.

Suatu hari, warga melihat Pak Jono berjalan di pasar dengan memakai jubah putih dan selempang bertuliskan “Bupati Sejati di Hati Rakyat”. Ia berkampanye sendirian, membagikan selebaran dengan tulisan, “Realitas itu ilusi! Hasil pemilu adalah mimpi buruk yang akan segera berlalu!”

Baca Juga :  Ribuan Pengunjung Objek Wisata Sikumbang Water Park Dibubarkan

Istrinya yang bingung mencoba membawanya ke dukun kampung. “Mungkin ada yang nyantet dia, Bu!” kata dukun itu. Setelah berbagai ritual, dukun menyerah. “Maaf, Bu. Ini bukan santet. Ini stres tingkat dewa!”

Akhirnya, warga desa pun menerima keadaan Pak Jono yang kini hidup di alam fantasi. Setiap pagi, dia masih berdiri di depan rumahnya dengan toa, berpidato seolah-olah pemilihan belum selesai. Dan setiap kali ada orang lewat, dia akan berbisik pelan, “Tenang… MK cuma ujian kecil. Kita masih menang di semesta paralel!” 😆

Editor: Madi