3. Makna Baju Adat Melayu
Baju adat Melayu bukan sekadar kain, melainkan akhlak yang dijahit dengan sopan, dihiasi dengan iman.
Setiap lipatan baju kurung mengajarkan rendah hati, setiap sulaman emas menanamkan harga diri.
Baju Melayu menutup tubuh, tetapi membuka martabat.
4. Nilai Islam dan Kearifan Melayu
Adat bersendikan syarak, syarak bersendikan Kitabullah, di situlah pertemuan antara marwah dan iman.
Keindahan tanpa adab hanyalah hiasan kosong, keindahan dengan adab adalah cermin kemuliaan.
Melayu bukan sekadar rupa, tetapi sikap: bukan sekadar pakaian, tetapi jalan hidup yang beradab.
5. Era Digital & Global
Teknologi boleh mengubah rupa pelaminan, tetapi tidak boleh menghapuskan maknanya.
Di tengah digitalisasi dunia, songket Melayu tetap menenun nilai yang tak pernah usang: hormat, kasih, dan adab.
Globalisasi membuka jendela dunia, tetapi adat menjaga pintu hati.
G. Penutup
Pelaminan dan baju adat Melayu Jambi adalah manifestasi kearifan lokal yang berpadu dengan nilai universal Islam.
Ia bukan sekadar simbol upacara, tetapi refleksi moral masyarakat Melayu yang menjunjung kehormatan, kesucian, dan keindahan hidup beradat.
Sebagaimana ditegaskan dalam Perda Provinsi Jambi Nomor 2 Tahun 2014 tentang Lembaga Adat Melayu Jambi, adat Melayu adalah sistem nilai yang hidup, bersendikan syarak, dan menjadi penuntun moral masyarakat Jambi modern.
Budaya yang berakar kuat tidak menolak kemajuan, tetapi menyaring globalisasi dengan akal budi.
Maka tugas kita sebagai tokoh adat, ahli, pendidik, dan pewaris nilai adalah menjadikan pelaminan dan baju adat Melayu Jambi bukan sekadar kenangan masa lalu, tetapi identitas masa depan bangsa, khususnya daerah Jambi.
———–







