Pelaminan Pengantin dan Baju Adat Melayu Jambi

Refleksi Akademis Seminar Lembaga Adat Melayu (LAM) Jambi

Prof. Dr. Mukhtar Latif, M.Pd Tenaga Ahli Gubernur Jambi, Ketua ICMI Orwil Jambi – Guru Besar UIN Sulthan Thaha Saifuddin Jambi. Foto: Diskominfo Provinsi Jambi

3. Desain Ramah Lingkungan dan Estetika Alamiah
Gunakan material lokal seperti bambu, rotan, dan kain tenun alam. Hal ini selaras dengan prinsip wasatiyyah (keseimbangan) dalam budaya Islam.

4. Standardisasi Lembaga Adat Melayu Jambi
Berdasarkan Perda No. 2 Tahun 2014, Pasal 10, LAM memiliki kewenangan menetapkan standar upacara adat termasuk pelaminan dan pakaian pengantin, sehingga tidak terjadi distorsi budaya dalam industri pernikahan modern.

5. Pendidikan Budaya di Sekolah dan Perguruan Tinggi
Nilai-nilai pelaminan dan baju adat Melayu Jambi harus masuk dalam kurikulum lokal (Rahman, Songket Melayu sebagai Warisan Budaya, 2023, hlm. 45).

Baca Juga :  Provinsi-Desa Satu Komitmen Menjaga dan Mencegah Kebakaran Hutan

6. Ekonomi Kreatif Berbasis Adat
Pemberdayaan pengrajin songket, penjahit adat, dan perancang pelaminan lokal yang dikreasikan oleh Dekranaada maupun kreator di Provinsi jambi, dapat menciptakan lapangan kerja baru berbasis warisan budaya (Sartono, 2023, hlm. 145).

F. Estetika – Filosofis Pelaminan dan Baju Adat Melayu Jambi

1. Falsafah Adat & Kehidupan: Pelaminan

Pelaminan bukan sekadar singgasana dua insan, tetapi takhta nilai yang menegakkan marwah dan menyatukan dua keluarga dalam cahaya Ilahi.
Di atas kain songket terjalin doa, di antara warna emas tersimpan makna; itulah Melayu, lembut dalam rupa, agung dalam jiwa.
Setiap benang songket adalah zikir tangan ibu, setiap bunga tabur adalah doa leluhur.

Baca Juga :  Ketua LAM Jambi, HBA : Ini Hari Adat Melayu Jambi Pertama Kali Diperingati

2. Makna Pelaminan sebagai Rumah Kehormatan

Pelaminan adalah rumah kecil dari marwah besar, tempat cinta disahkan, tanggung jawab dimulai, dan adat dimuliakan.
Berdiri pelaminan bukan karena hiasannya, tetapi karena nilai-nilai yang menegakkannya.
Di pelaminan, cinta menjadi ibadah, adat menjadi cahaya, dan budaya menjadi doa.