SIDAKPOST.ID, TEBO – Mari Sejenak berselayang pandang melirik fenomena tradisi lama H + 7 idul Fitri 1442 hijriyah atau dikenal dengan lebaran ketupat, masih dirayakan oleh masyarakat di eks transmigrasi Kecamatan Rimbo Bujang, Kecamatan Rimbo Ulu, Kecamatan Rimbo Ilir dan Kecamatan lainnya di Kabupaten Tebo – Jambi.
Lebaran ketupat atau bodoan ketupat yang dikenal dikalangan suku jawa di eks transmigrasi di Kabupaten Tebo masyarakatnya masih melestarikan budaya lama merayakan lebaran ketupat pada tanggal 7 Syawal setiap tahunnya lebaran idul fitri.
Ketupat yang dibuat dari bahan baku beras ketan dimasukan dalam rakitan janur kelapa dan direbus setelah matang tidak langsung disantap, melainkan terlebih dulu dibawa ke Mushala setempat, setelah makanan terkumpul barulah para warga menggelar doa bersama untuk keselamatan di desa tersebut.
Ketua Lembaga Adat Melayu Jambi (LAMJ) Kabupaten Tebo H.Zaharudin dikonfirmasi sidakpost.id menuturkan, membenarkan bahwa tradisi lebaran ketupat masih diperingati setiap tahunnya oleh masyarakat eks transmigrasi Kecamatan Rimbo Bujang juga di Kecamatan VII Koto maupun Kecamatan Tebo Ulu Kabupaten Tebo.
“Kita sangat mendukung tradisi lebaran ketupat dilestarikan disejumlah Kecamatan di Tebo, untuk koleksi khasanah kebudayaan nasional dan utuk diketahui oleh anak cucu kita dimasa mendatang,”ungkap H.Zaharudin, Rabu (19/05).
Ketua Lembaga Adat Kecamatan Rimbo Bujang H.Sriono mengatakan, bahwa tradisi lebaran ketupat masih eksis dilaksanakan dan dilestarikan di sejumlah Kecamatan di Kabupaten Tebo.
Ketupat itu kependekan dari ngaku lepat dan laku papat dengan pesan antara lain yaitu. Lebaran berarti selesai menunaikan ibadah puasa dan selesai ibadah sholat idul fitri maka pintu ampunan telah terbuka lebar dan saling bermaaf-maafan menuju insan yang fitrah atau kembali suci.