Hedonisme yang Membutakan: Ketika Gaya Hidup Mengorbankan Teman Sendiri

Ilustrasi Gaya Hidup Hedoisme. Gambar: AI

Dalam era serba instan dan penuh sorotan media sosial seperti sekarang, gaya hidup hedonisme semakin marak. Banyak orang mengejar kesenangan pribadi tanpa mempertimbangkan dampaknya pada orang lain—termasuk sahabat sendiri. Hedonisme, yang pada dasarnya adalah pandangan hidup yang menempatkan kesenangan sebagai tujuan utama, kini telah menjelma menjadi pola hidup yang mengorbankan nilai-nilai persahabatan, empati, bahkan nurani.

Ketika Gaya Hidup Menjadi Segalanya
Tak jarang, demi mengikuti gaya hidup glamor dan terlihat “berkelas”, seseorang rela meninggalkan teman lama, berpaling dari sahabat yang dulu pernah membantu di saat sulit. Keakraban yang dulu erat perlahan menguap karena perbedaan status, gaya hidup, atau sekadar karena “tidak sefrekuensi lagi”.

Seseorang yang dulu bisa diajak curhat, berbagi makan, atau tertawa bersama, kini dianggap tidak cukup keren untuk ikut nongkrong. Semua diukur dari seberapa ‘wah’ penampilan, seberapa viral tempat makan, atau seberapa eksklusif circle pertemanan. Jika tidak sesuai standar hedonisme itu, maka siap-siap tersisih.

Baca Juga :  Peluang Usaha yang Menjanjikan di Kota Kecil

Mementingkan Gengsi, Melupakan Hati
Ironisnya, banyak yang tidak sadar bahwa mereka telah melukai orang-orang terdekat. Demi mempertahankan citra di media sosial, mereka mengabaikan kesetiaan teman sejati. Bahkan tak jarang terjadi pengkhianatan dalam pertemanan, seperti meminjam uang lalu menghilang, menjatuhkan nama teman untuk mendapat pujian, atau menyebar gosip hanya demi jadi pusat perhatian.

Dampak Psikologis dan Sosial
Perilaku seperti ini tak hanya menyakitkan bagi korban, tapi juga menunjukkan kekosongan emosional dari pelaku. Hidup yang hanya dikejar untuk terlihat bahagia, padahal sebenarnya hampa. Seseorang yang terbiasa mengorbankan orang lain demi citra, pada akhirnya akan kehilangan kepercayaan, kehilangan jaringan sosial yang tulus, dan mengalami kehampaan batin.

Baca Juga :  Kebiasaan Positif untuk Meningkatkan Kinerja dan Kebahagiaan di Tempat Kerja

Kembali pada Nilai-Nilai Kemanusiaan
Saatnya kita merenung. Apakah kita sedang menikmati hidup, atau justru menjadi budak dari gaya hidup? Apakah kita menghargai orang-orang yang benar-benar peduli, atau hanya mencari yang bisa mendongkrak citra?

Hedonisme bukanlah musuh, selama dikendalikan. Nikmati hidup, iya. Tapi jangan sampai kesenangan sesaat menjadikan kita orang yang kejam tanpa sadar. Persahabatan sejati jauh lebih berharga dari segenggam like di media sosial.

Penutup
Mari lebih bijak dalam menjalani hidup. Dunia maya dan gaya hidup glamor hanyalah lapisan luar. Yang abadi adalah hubungan yang jujur dan tulus. Jangan sampai kita kehilangan yang penting hanya karena mengejar yang sementara.

Editor: Madi