Di sebuah desa kecil yang dikelilingi hutan lebat, hiduplah seorang pemuda bernama Raka. Ia dikenal pemberani, meskipun sering kali sikapnya dianggap nekat. Di pinggiran desa, terdapat Hutan Larangan, yang konon dihuni makhluk gaib dan penuh misteri. Penduduk desa percaya bahwa di tengah hutan itu terdapat Pohon Emas yang mampu mengabulkan satu permintaan bagi siapa saja yang menemukannya. Namun, tak seorang pun yang pernah kembali setelah masuk ke hutan tersebut.
Suatu hari, desa Raka mengalami masa sulit. Hasil panen gagal, dan banyak penduduk kelaparan. Raka merasa terpanggil untuk membantu. Ia memutuskan untuk masuk ke Hutan Larangan demi menemukan Pohon Emas. Meski banyak yang melarang, Raka tetap bersikeras.
Setelah berhari-hari berjalan melewati semak belukar dan menghadapi berbagai rintangan, Raka akhirnya tiba di sebuah ladang yang dipenuhi bunga bercahaya. Di tengah ladang itu berdirilah Pohon Emas, berkilauan megah di bawah sinar matahari. Hati Raka bergetar kagum.
Dengan hati-hati, ia mendekati pohon itu. Ketika ia hampir menyentuhnya, suara lembut namun tegas terdengar. “Siapa yang berani mengganggu Pohon Emas ini?”
Dari balik pohon, muncul seorang peri penjaga. Ia memiliki rambut perak yang berkilauan dan mata yang memancarkan sinar lembut.
“Aku datang untuk memohon bantuan. Desa kami sedang dilanda kelaparan. Aku ingin meminta keajaiban agar desa kami selamat,” kata Raka dengan suara penuh harap.
Peri penjaga tersenyum tipis. “Permintaanmu mulia. Tapi, setiap keajaiban memerlukan pengorbanan. Apakah kau siap?”
Tanpa ragu, Raka mengangguk. Peri itu mengangkat tangannya, dan Pohon Emas mulai bersinar terang. Pohon itu berubah menjadi pohon buah emas yang dapat dipetik tanpa batas oleh penduduk desa. Namun, peri memberikan peringatan keras: “Ambillah secukupnya. Jika ada yang tamak, pohon ini akan lenyap selamanya.”
Raka kembali ke desa dengan kabar gembira. Penduduk desa hidup makmur dengan hasil dari Pohon Emas. Namun, kebahagiaan itu tak bertahan lama. Seorang pedagang dari desa lain mendengar kabar tersebut dan mencoba mengambil buah emas lebih dari yang diizinkan. Akibatnya, pohon itu menghilang, meninggalkan desa dalam kesedihan.
Raka merasa bersalah, tetapi peri penjaga muncul dalam mimpinya dan berkata, “Pelajaran terbesar adalah kesederhanaan dan kepedulian terhadap sesama. Ajarkan itu kepada desamu.”
Sejak saat itu, desa Raka hidup dengan saling berbagi, dan meskipun Pohon Emas tidak pernah kembali, mereka menemukan kebahagiaan dalam kebersamaan.
Editor; Madi