Perang Kemerdekaan di Muara Tebo – Batanghari Area

Foto : sidakpost.id.zakaria/dok keluarga pejuang letnan muda Hoesin Sa'ad dan Anas Nasrun

JANGAN DIKIRA “Letnan muda M. Syukur Pidin tidak bisa menumbuk padi, malah ikut menumbuk padi bersama para gadis2 dusun, orang bilang kalau pak Syukur menumbuk cepat ceruh (menjadi beras), di samping itu ia pandai berjoget, Begitulah akrabnya TNI bersama rakyat”.

Proklamasi kemerdekaan Republik Indonesia di proklamasikan pada 17 Agustus 1945, di segenap pelosok tanah air serentak disambut dengan perasaan yang tidak dapat dilukiskan dengan kata-kata karena kebanggaan bangsa Indonesia.

Baca JugaSerda Salhutni : Kita Menghirup Udara Kemerdekaan, Hargai Jasa Pahlawan

Baca Juga :  Mengenang Sejarah Rakyat Tebo, Melawan Penjajah 1945 - 1948

Betapa tidak, sebagai pemuda Indonesia yang tadinya bernama Hindia Belanda lalu berganti nama menjadi Indonesia, Yang tadinya berkibar bendera merah-putih-biru berganti menjadi merah-putih, Yang tadinya berbahasa Hollan Spreken lalu berganti menjadi Bahasa Indonesia.

Tahun 1939, Kami di sekolah diajarkan lagu Indonesia Raya, mendengar lagu dan syairnya membuat bulu roma berdiri, rasa harga diri bangkit. Ingatan kembali kepada cerita nenek moyang perang Sultan Thaha, perang Raden Mattaher, Perang Raja Batu melawan Belanda dalam daerah jambi. Mereka menceritakan ketangkasan dan kesaktiannya menggunakan persenjataan keris, pedang dan tombak dalam melawan Belanda yang disebut kaum kafir.