Perang Kemerdekaan di Muara Tebo – Batanghari Area

Foto : sidakpost.id.zakaria/dok keluarga pejuang letnan muda Hoesin Sa'ad dan Anas Nasrun

Pasukan memerintahkan “Turunkan bendera asing itu!!, kalau tidak rumah kamu akan dibakar habis !!!”. Ada orang tua yang menggerutu “ Bagaimana mau merdeka, Jepang dan Belanda punya penyakit jauh” (maksudnya punya senjata yang membunuh dari jauh) sedangkan kita jarak 1 meter baru bisa membunuh. Kita tidak mengerti mengapa pemuda-pemuda begitu berani menghadapi senjata musuh. Hanya bersenjatakan semangat semboyan “merdeka atau mati”. Jika bertemu kawan selalu mengucapkan “merdeka!!” dan dijawab “merdeka” pula.

M. Thaib Azis- Wakil Ketua PR 1 adalah cucu Panglima Bahar Kutung yang tewas oleh Belanda pada 1916. Begitu juga H. Zen- Kepala Keamanan merupakan cucu Kedemang Bakar yang dibuang Belanda ke Nusa Kambangan yang menyerang Belanda pada 1916. Tidak kurang 12 orang Panglima yang gugur dan 12 orang dibuang ke Nusa Kambangan, Ternate dan Digul. Itulah yang terjadi di wilayah keasisten demangan Tebo Ilir dalam perang Raja Batu th 1916 disamping banyak lagi dubalang2 yang gugur tidak diketahui namanya.

Pada umumnya di daerah Jambi sejak Belanda berkuasa atas kesultanan Jambi, tidak ada organisasi politik yang masuk ke Jambi secara resmi. Namun demikian karena terdorong oleh perasaan benci kepada Belanda maka rakyat bersikap tidak mau bekerjasama dengan Belanda misalnya : rakyat tidak mau menyekolahkan anaknya ke Sekolah Desa ( Sekolah Belanda ) karena dianggap antek Belanda sehingga para orangtua menanamkan sikap kepada anaknya agar membenci Belanda, bahkan pakaian yang menyerupai Belandapun seperti Sepan panjang (celana panjang), rambut panjang, pakai topi pokoknya semua hal yang menyerupai Belanda tidak boleh ditiru walaupun sekedar bersiul saja. Begitu bencinya rakyat terhadap Belanda. Anak2 hanya boleh sekolah di Madrasah saja (sekolah agama).

Baca Juga :  132 Peserta Penas Ke XVI Dilepas Sekda Tebo, Ke Padang Sumatera Barat
Baca Juga :  Al Haris Manaqib Harus Membumi di Jambi

Pada akhir 1945 laskar Aceh datang ke Jambi untuk membantu mengusir Belanda yang masih ada di Bajubang. Sebelum berangkat dari Sungai Bengkal diadakan persiapan perbekalan makanan untuk sejumlah 60 orang laskar.