Semua persenjataan pusaka dan sakti dikeluarkan oleh para pejuang untuk menjaga keamanan. Markas dijaga dengan senjata tombak, ronda kampung dilakukan dengan sangat ketat, semua orang yang masuk kampung dicurigai, begitulah keadaan pada waktu itu.
Pasukan dilatih oleh orang2 yang pernah mengikuti latihan Heiho, Kaigun, dan organisasi bentukan Jepang lainnya. Semangat ( Seising ) yang diajarkan Jepang betul-betul membuat kita bersuara seperti Harimau serentak menghujamkan senjata kepada musuh, sungguh hebat.
Tidak lupa setiap anggota memiliki azimat perang yang dibekali oleh Nenek/Datuk baik berupa ayat-ayat al quran maupun kemenyan dari keramat Sayang Terbuang ditambah semangat Nenek Datuk yang pernah menyerang Belanda membuat hati bertambah panas, apalagi mengenang yang gugur dalam melawan Belanda.
Pasukan mengunjungi dusun-dusun memberi penerangan ke pemuka-pemuka rakyat setempat bahwa kita sudah merdeka, tegakkan bendera merah putih. Namun memang ada yang belum mengerti keadaan bahwa mereka masih bertanya-tanya “mana yang merdeka ??”dan “mana senjata??”. Malah ada penduduk yang memasang bendera Inggris, ada juga memasang bendera China yang disebabkan mereka belum tahu kita sudah merdeka.