Tanpa sadar, setetes air keluar dari mata saya, buru2 saya lap, malu dilihat polwan polwan cantik disebelah saya. Tapi saya jadi ikut kangen almarhum ayah saya.
Sambil bengong, saya melihat Kapolri yang masih menyanyi haru. Kalau Ayah saya tidak meninggal karena tumor otak, sekarang seumuran Pak Idham.
Nangis lagi, biarlah, tidak saya lap. Saya mau menikmati momen haru ini, lagipula mbak polwan cantiknya udah pergi ngurus yang lain. Sehari itu saya dapat moment of truth. Polri memiliki ayah yang tepat untuk anak – anaknya. Ayah kita semua Jenderal Idham Azis. (*)
Oleh : Varhan Abdul Azis
Alumni Magister Ketahanan Nasional Universitas Indonesia