Opini  

Perjalanan Betuah (47)

Kerajaan Jambi Darussalam kemudian dikenal sebagai salah satu Kerajaan Islam di Indonesia. Dalam Majalah Warta Ekonomi tahun 1997 menyebutkan Kerajaan Melayu II di bawah kepemimpinan Datuk Paduko Berhalo.

Datuk Paduko Berhalo dan Putri Selaras Pinang masak kemudian mempunyai anak yang bernama Orang Kayo Pingai, Orang Kayo Hitam, Orang Kayo Pedataran dan Orang Kayo Gemuk.

Orang Kayo Hitam kemudian sebagai Raja Kerajaan Jambi Darussalam yang kemudian dihormati oleh Kerajaan Mataram Jawa.

Didalam Sila-sila Keturunan Raja Jambi kemudian berakhir di Sultan Thaha Saifuddin. Sultan Thaha Saifuddin kemudian gugur dalam peperangan melawan Belanda tanggal 1 April 1904 di Muara Tebo.

Baca Juga :  Opini Musri Nauli : Gaspoll Kemenangan Al Haris-Sani

Budhisantoso, didalam bukunya Kajian Dan Analisa Undang-undang Piagam dan Kisah Negeri Jambi menyebutkan Kutukan Datuk Paduko Berhalo adalah kutukan yang memberikan hukuman kepada Raja Jambi yang berkhianat.

Kutukan Datuk Paduko Berhalo berisikan Barang siapa yang mengubahkan perbuatan mengubahkan perbuatan itu yang tersebut itu atau bersuruk budi bertanam akal, pepat diluar rencong didalam atau memasang ranjau di bendur atau menanjak kanti seiring dan jika dikerjakan seperti yang tersebut itu maka dikutuki Quranul Azim yang tigapuluh Juz, menghadap ke ulu keno kutuk dimakan bisa kawi, Yang dipertuan di Pagaruyung, menghadap ke ilir keno kutuk bisa Datuk paduko Berhalo.

Baca Juga :  Drama Korea dalam Demokrasi

Keatas tidak berpucuk, kebawah tidak berakar. Ditengah ditarik kumbang padi, Padi ditanam ilalang tumbuh. Dimana juga mungkirnya disanalah tinggallah sumpah itu.

Seloko Keatas tidak berpucuk, kebawah tidak berakar. Ditengah ditarik kumbang padi, Padi ditanam ilalang tumbuh. Dimana juga mungkirnya disanalah tinggallah sumpah atau pepat diluar, rencong didalam juga dikenal ditengah masyarakat. Hukuman ini disebut Plali.