Menurunnya produktivitas Hutan Produksi serta kontribusinya terhadap ekonomi membuat pemerintah terus melakukan terobosan-terobosan dan strategi.
Bambang menjelaskan lebih lanjut bahwa pemanfaatan HA, strategi yang dilakukan pemerintah adalah dengan menjamin kepastian usaha, penerapan teknik Silvikultur Intensif (Silin) dalam pengelolaan HA, penerapan Reduced Impact Logging (RIL), Pengembangan multi bisnis, evaluasi kinerja, integrasi dengan industri, serta penerapan multisystem silvikultur. Sedangkan dalam pembangunan HTI.
Bambang menggarisbawahi pengembangan HTI mini atau Hutan Tanaman Rakyat (HTR) ditujukan untuk penyerapan tenaga kerja dan UKM. HTI dan HTR diarahkan untuk mendukung sektor industri nasional.
“Jenis tanaman hutan berkayu, tanaman budidaya tahunan berkayu maupun jenis lainnya di HTI atau HTR diarahkan untuk mendukung industri hasil hutan, bioenergi, pangan, obat-obatan, kosmetika, kimia, dan pakan ternak,” katanya.
Sedangkan dalam pengembangan HHBK dan Jasa Lingkungan, pemerintah melakukan bebrapa strategi. Untuk HHBK sendiri, upaya yang dilakukan antara lain, identifikasi dan pemetaan potensi HHBK, pemberian insentif kebijakan fiskal.
Pengembangan industri HHBK melalui klasterisasi, multi usaha HHBK dalam IUPHHKHA/HT/RE, penetapan harga komoditas HHBK di tingkat petani, penyiapan pelayanan, pencatatan dan pelaporan secara elektronik, pengembangan sentra produksi rotan dan bambu, hingga usulan investasi modal asing pada usaha HHBK dapat mencapai 100%.
Pada sektor Jasa Lingkungan, peningkatan produktivitasnya dilakukan dengan beberapa strategi antara lain, revisi regulasi perizinan yang disesuaikan Online Single Submission (OSS) dengan kewenangan izin wisata alam dipusat jika terjadi kemandegan perizinan di daerah.