“Saya prihatin atas mengamuknya Buaya yang menewaskan warga Tebo Ulu, saya melalui Sholat Tahajud dan mendapat petunjuk Ilham mendapat “Gergaji tanpa Tangkai ” pada malam jumat baru – baru ini,” sebut Dainuri.
Dalam makna Gergaji tanpa Tangkai itu, mengandung makna bahwa para Buaya di Aliran Sungai Batanghari habitatnya sudah terganggu. “Kita tokoh masyarakat dan tokoh adat, dalam waktu dekat akan membuat acara sakral penghormatan leluhur di aliran Sungai Batanghari,” tutup Dainuri.
Sementara Ketua Lembaga Adat Melayu (LAM) Kabupaten Tebo H.Zaharudin dikonfirmasi mengatakan, masyarakat yang bermukim dipinggiran Sungai Batanghari takut dan sangat mencekam atas keganasan Buaya yang memangsa dan menewaskan warga di Tebo Ulu.
Secepatnya, dari Pemerintah atau pihak terkait dapat mengatasi Buaya ganas itu, sehingga kedepan tidak ada lagi korban manusia. Sudah tiga orang menjadi korban keganasan buaya sang penunggu sungai batanghari.
“Kita membenarkan, Dainuri Sejarawan dari Tebo Ulu yang banyak mengetahui Misteri tentang Buaya. Dari tokoh adat dan tokoh masyarakat akan mengambil langkah terkait keganasan Buaya yang sudah membuat banyak otang resah, ” ujarnya.
Langkah pertama, akan mendatangkan pawang Buaya dari Palembang, langkah kedua bersama masyarakat akan menggelar acara sakral tradisi lama membuat acara memperingati leluhur di Sungai Batanghari.
“Ya secepatnya, kami akan datangkan pawang buaya dari Palembang, untuk menaklukan buaya yang sudah memangsa tiga warga sekaligus. Besar harapan dengan seperti ini, tidak akan adalagi korban jiwa, agar warga bisa tenang dan nyaman dalam beraktifitas setiap hari,” ujar Ketua LAM Tebo H. Zaharudin. (asa)