”Misal untuk tarif short time, Rp 750 Ribu, saya menerima Rp 250 Ribu, dan wanita panggilanya sekitar Rp 400 Ribu. Dan sisa Rp 100 Ribu biasanya akan diserahkan dengan Satpam hotel, untuk memperlancar bisnis esek esek terselubung ini. Jika Satpam hotel enggak diberi, maka kita akan kesulitan untuk menembus para wanita panggilan tersebut, masuk ke dalam berbagai hotel tempat para tamu menginap,” timpalnya.
Sisi lain, Sutarman mengaku, tidak semua tamu yang memboking wanita panggilannya, memiliki niat baik. Tak jarang para tamu justru melakukan perbuatan diluar dugaan hingga penganiaan terhadap para wanita malam itu .
” Mulai dari aksi mencuri berbagai perkakas wanita malam, hingga tidak membayar usai dilayani. Makanya kita harus sedikit selektif, terhadap pada tamu. Kalau tamu baru, biasanya kita cari informasi dahulu terkait keberadaan tamu tersebut, apakah tamu tersebut benar benar mau boking cewek atau punya modus lain,” bebernya.
Karena jika itu terjadi, maka yang repot pihaknya juga.” Kita juga yang susah, setidaknya kita wajib membantu wanita panggilan yang kemalagan tersebut, dampak dari peristiwa yang menimpah dirinya,” ketusnya.
Disisi lain kata Zasramansyah,SH Ketua OKP SAPMA PP Cabang Bungo, saat ditemui disela-sela kesibukan sehari-hari nya,ia mengatakan, sangat prihatin dengan menjamurnya hiburan malam yang bertentangan dengan adat istiadat Kabupaten Bungo itu sendiri.
“Apakah harus kita biarkan seperti ini terus menerus kemaksiatan meraja lela di Kabupaten Bungo ini, sambil menegguk segelas kopi disebuah warung kopi disudut Kota Bungo,” ungkapnya. Bersambung. (*)