Di sebuah desa di Jambi, hiduplah seorang gadis cantik yang sangat sombong. Ia selalu memandang rendah orang-orang miskin dan hanya ingin menikah dengan pria kaya.
Suatu hari, ibunya yang sudah tua dan miskin datang ke rumahnya, tetapi sang gadis menolak mengakui ibunya. Ia merasa malu dan mengusir ibunya dengan kasar di depan semua orang. Sang ibu yang sedih berdoa kepada Tuhan agar anaknya mendapat pelajaran atas kesombongannya.
Tiba-tiba, langit menjadi gelap dan petir menyambar. Tanah di bawah gadis itu bergetar hebat, dan perlahan-lahan tubuhnya membatu. Ia berubah menjadi batu yang menggantung di tebing tinggi, yang kini dikenal sebagai Batu Gantung.
Hingga kini, batu tersebut menjadi pengingat bagi siapa saja agar tidak bersikap sombong dan menghargai orang tua. Warga desa sering mengunjungi tempat itu sebagai pelajaran bagi anak-anak mereka.
Seiring berjalannya waktu, legenda Batu Gantung berkembang menjadi cerita rakyat yang diceritakan turun-temurun. Banyak orang percaya bahwa siapa pun yang datang ke tempat itu dengan hati angkuh akan merasakan kegelisahan yang mendalam.
Para tetua desa juga mengajarkan kepada anak-anak mereka bahwa menghormati orang tua adalah hal yang utama dalam kehidupan. Tidak ada yang lebih penting daripada kasih sayang dan rasa syukur atas kehadiran mereka.
Batu Gantung kini menjadi salah satu objek wisata yang sering dikunjungi. Banyak orang datang untuk berziarah dan mengambil hikmah dari kisah yang telah menjadi bagian dari budaya dan sejarah Jambi.
Pesan Moral: Jangan pernah bersikap sombong dan selalu hormati orang tua, karena kesombongan dapat berujung pada kehancuran.