Lebaran Ketupat di Tebo, Tak Lekang Dipanas Tak Lapuk Dihujan

SIDAKPOST.ID, TEBO – Mari Sejenak berselayang pandang melirik fenomena tradisi lama H + 7 idul Fitri 1441 hijriyah atau dikenal dengan lebaran ketupat, masih dirayakan oleh masyarakat di eks transmigrasi Kecamatan Rimbo Bujang, Kecamatan Rimbo Ulu, Kecamatan Rimbo Ilir dan juga warga di aliran sungai Batanghari, Kecamatan VII Koto Kabupaten Tebo.

Lebaran ketupat atau bodoan ketupat yang dikenal dikalangan suku jawa di eks transmigrasi di Kabupaten Tebo masyarakatnya masih melestarikan budaya lama merayakan lebaran ketupat pada tanggal 7 Syawal setiap tahunnya lebaran idul fitri.

Ketupat yang dibuat dari bahan baku beras ketan dimasukan dalam rakitan janur kelapa dan direbus setelah matang tidak langsung disantap, melainkan terlebih dulu dibawa ke Mushala setempat, setelah makanan terkumpul barulah para warga menggelar doa bersama.

Baca Juga :  Serda Riduan Koramil 416-07/RB , Gelar Patroli Karhutla Bersama Warga

Tokoh Adat Kecamatan Rimbo Bujang H.Sriyono dikonfirmasi sidakpost.id menjelaskan, membenarkan tradisi lebaran ketupat masih dilaksanakan dan dilestarikan di eks transmigrasi Kabupaten Tebo.

Ketupat itu kependekan dari ngaku lepat dan laku papat dengan pesan antara lain yaitu. Lebaran berarti selesai menunaikan ibadah puasa dan selesai ibadah sholat idul fitri maka pintu ampunan telah terbuka lebar dan saling bermaaf – maafan menuju insan yang fitrah.

Baca Juga :  Babinsa Serda Erick Sticker Sambangi Peternak Kambing 

“Luberan bermakna bersedekah untuk kaum fakir miskin seperti zakat fitrah dan shodakoh, leburan jugua bermakna setelah saling bermaafan untuk melebur dosa. Inti Laburan berarti labur sejenis zat kapur yg berwarna putih yg bisa di gunakan penjernih air dan melabur dinding berwarna bersih putih,”terang Tokoh Adat Rimbo Bujabg H. Sriyono, Sabtu (30/05/2020).