Harga Kedelai Naik, Usaha Tahu Tempe di Bungo Terancam Tutup

SIDAKPOST.ID, BUNGO – Para pengrajin tahu dan tempe di Kabupaten Bungo kini menjerit. Usaha mereka terancam tutup akibat harga kedelai sebagai bahan baku tahu tempe harganya meroket.

Kasdono seorang pelaku usaha tempe di lorong garuda Rt 002/Rw 001, Kelurahan batang Bungo menyebutkan, sejak harga kedelai ini naik drastis produksi tempe jadi berpengaruh. Ia juga tak tahu pasti alasan naiknya harga kedelai.

“Kalau dibuat ukuran lebih kecil, nanti nggak laku. Kita naikkan harga di pasar, tamutnya nggak ada yang mau beli.  Jadi serba sulit jadinya. Mau tak mau, kita naikkan harga dipasaran biar usaha tetap jalan,” ungkap Kasdono.

Baca Juga :  Dansatgas : Melalui TMMD Kita Berupaya Mensejahterakan Masyarakat

Sebut Kasdono, harga kacang kedelai di Bungo yang sebelumnya berkisar Rp 7.000/kilogram, kini harganya tembus Rp 10.500/kilogram. Meski kedelai naik, usaha harus tetap jalan terlebih masa pandemi seperti sekarang.

“Semoga saja ada solusi dari pemerintah agar usaha kami tetap berjalan. Karena dalam situasi sekarang boro-boro dapat untung lebih bisa bertahan saja sudah senang. Semoga harga kedelai bisa turun,” tutupnya.

Tak hanya pengrajin tempe Zakyasin yang sehari-hari melaksanakan usaha tahu juga merasakan imbas dari naiknya harga kedelai. Tentu kenaikan kedelai ini sangat berpengaruh dengan produksi.

Baca Juga :  Dandim Bute dan Kapolres Bungo, Pantau Vaksinasi di Makodim

“Kalau kondisi normal, bisa tiga karung lebih kedelai dalam satu hari. Tapi kini, cuma dua karung lebih sehari. Jadi tahu yang kita jual sekarang harus dinaikan untuk mengimbangi produksi agar kita tetap bertahan,” cetusnya.

Kendati harga kedelai terus mengalami kenaikan, Zakyasin masih bersyukur bisa bertahan memproduksi tahu meski jumlah produksi berkurang.

“Kita berharap, pemerintah segera turun tangan mengatasi dan menstabilkan harga kedelai di pasaran. Karena kita sebagai pengrajin tahu tempe bangkit ditengah pandemi,” pungkasnya. (jul)