SIDAKPOST.ID, JAKARTA – Bagaikan suara petir di siang bolong, bencana erupsi Gunung Semeru terjadi pada Sabtu, (4/12/2021). Dalam video amatir yang beredar, masyarakat tumpah ruah meninggalkan rumahnya ketika erupsi Semeru terjadi sampai – sampai warga panik berhamburan dengan kejadian tersebut.
Sampai saat ini, menurut Badan Nasional Penanggulangan Bencana melaporkan melalui data Pusdalops, sebanyak 22 orang meninggal dunia akibat awan panas guguran Gunung Semeru, Kabupaten Lumajang, Jawa Timur. Sebanyak lima dari total korban meninggal belum bisa diidentifikasi.
“Data pukul 17.30 WIB, jumlah korban meninggal yang dilaporkan Pusdalops BNPB itu 22 orang,” ujar Pelaksana Tugas Kepala Pusat Data, Informasi, dan Komunikasi Kebencanaan Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) Abdul Muharir.
Ia memerinci, korban meninggal dunia yang dilaporkan 14 orang di Kecamatan Pronojiwo dan delapan orang di Kecamatan Candipuro. Korban meninggal di Kecamatan Pronojiwo, terdapat lima jenazah yang belum teridentifikasi, sedangkan dua jenazah sudah berada di RSUD Pasirian dan tiga jenazah lain ditemukan di RT 16/05 Curah Kobokan, sekitar pukul 14.15 WIB.
“Sembilan korban lain di Kecamatan Pronojiwo sekarang sudah dimakamkan,” ujarnya.
Sementara itu, banyak orang berpendapat banyaknya korban karena tidak adanya peringatan dini terkait erupsi Gunung Semeru.
Menurut Pakar Geofisika Universitas Gadjah Mada (UGM) Dr Wahyudi MS menyebut, adanya peningkatan aktivitas gempa letusan sebelum Gunung Semeru erupsi. Ia mengatakan, Semeru adalah gunung api stratovolcano yang paling tinggi di Pulau Jawa dengan ketinggian 3.676 meter. “Sejarah mencatat letusan Semeru sejak 1818 hingga 2021, sudah cukup lama juga sebenarnya,” ujar Wahyudi