Di sebuah kerajaan kecil, hiduplah seorang pria bernama Banu. Ia bukan orang yang cerdas, tapi entah mengapa ia selalu merasa lebih pintar dari semua orang. Setiap kali ada masalah, Banu selalu ikut campur dan mengatur orang seenaknya, meskipun ia sebenarnya tidak tahu apa-apa.
Suatu hari, Raja meminta bantuan seluruh rakyat untuk menangkap seekor harimau yang sering mencuri ternak. Para pemburu kerajaan mulai menyusun rencana, tetapi Banu datang dan langsung berteriak, “Kalian semua bodoh! Menangkap harimau itu mudah, kalian hanya perlu memanggilnya seperti memanggil kucing!”
Para pemburu menatapnya heran. “Banu, harimau bukan kucing rumahan. Kita butuh perangkap dan strategi.”
Tapi Banu tetap ngotot. “Aku sudah sering melihat orang-orang menangkap binatang. Percayalah, biarkan aku yang menangani ini!”
Raja yang mendengar ocehan Banu akhirnya berkata, “Baiklah, kalau kamu merasa lebih pintar, silakan tangkap harimau itu sendiri.”
Dengan percaya diri, Banu pergi ke hutan sendirian. Ia berjongkok di bawah pohon dan mulai bersiul, “Pus pus pus… sini harimau manis, aku punya makanan untukmu!”
Tiba-tiba, semak-semak bergoyang, dan muncullah harimau besar dengan mata tajam. Banu ketakutan, tapi tetap berpura-pura tenang. “Eh… harimau baik, ayo ke rumahku, kita makan bersama…”
Harimau itu mengaum keras, dan tanpa pikir panjang, Banu lari terbirit-birit sambil berteriak. Para pemburu yang mengintai dari kejauhan tertawa terbahak-bahak melihatnya panik.
Ketika kembali ke istana, Banu basah kuyup karena tercebur ke sungai saat melarikan diri. Raja hanya menggelengkan kepala dan berkata, “Banu, kalau kau tidak tahu caranya, lebih baik diam dan belajar dari orang yang lebih paham!”
Sejak saat itu, Banu berhenti sok pintar dan mulai belajar dengan sungguh-sungguh dari orang-orang yang lebih berpengalaman.
Pesan Moral: Jangan menjadi orang yang sok pintar. Lebih baik belajar dan mendengarkan orang lain daripada mengatur tanpa tahu apa-apa.
Editor: Madi