Sementara Sungai Ciwulan relatif tingkat kemiringannya landai, sehingga ketika di hulu terjadi hujan, maka air relatif cukup lama untuk sampai ke hilir.
Menurut Nanang yang sudah puluhan tahun aktif di dunia kayak arus deras, untuk melakukan susur sungai atau kegiatan lain berkaitan dengan sungai, mestinya harus disertai dengan persiapan matang.
Selain kemampuan mumpuni, juga harus melihat situasi. Biasanya, kata dia, para pegiat kayak selalu melihat situasi sebelum terjun ke sungai dengan berkoordinasi ke orang-orang di hulu.
“Kami memiliki contact person orang-orang di hulu. Jadi sebelum terjun, kami selalu berkoordinasi. Jika di hulu terjadi hujan, maka kami akan tahu dan sangat hati-hati. Kalau sekiarnya berbahaya, lebih baik dibatalkan,” kata Nanang.
Ia menyebutkan, ada waktu yang kegiatan sungai mutlak dihentikan, yakni sore hari maksimal jam 17.00. Jam-jam itu, Nanang menyarankan jangan ada kegiatan di sungai.
“Kalau nggak salah kejadian kemarin waktunya sore. Mestinya jangan ada kegiatan di sungai. Walaupun lagi senangnya tapi tak peduli. Harus dihentikan,” katanya.
Ia juga menyayangkan pihak panitia yang tidak melibatkan orang profesional dan berpengalaman dalam kegiatan di sungai. Sebab, untuk melakukan susur sungai ada teknik-teknik khusus, tidak sembarangan.
“Padahal kalau pihak panitia berkoordinasi dengan kami pegiat sungai, akan dibantu,” kata Nanang.
Ia mengatakan, selama ini, tidak pernah terjadi kecelakaan yang menimpa para pegiat sungai di Tasikmalaya, Ciamis dan sekitarnya.
“Nyaris zero accident untuk pegiat kayak atau kegiatan lain di sungai-sungai Tasikmalaya, Ciamis dan sekitarnya. Karena memang ada persiapan matang dan teknik-teknik tertentu sebelum terjun ke sungai,” katanya.