Raisa mengangkat ponselnya dan mulai merekam. Ia bersama teman-temannya sedang membuat video prank untuk kanal TikTok mereka. Target kali ini adalah seorang penjual kue keliling yang sedang melintas di depan rumah mereka.
“Oke, nanti pas dia lewat, kita pura-pura beli terus kabur,” bisik Raisa sambil tertawa.
Aksi mereka berjalan lancar. Raisa dan temannya merekam saat si penjual kue mengejar mereka dengan panik, sementara mereka tertawa puas. Video itu langsung diunggah, dan dalam beberapa jam, jumlah tayangan melonjak. Komentar pun berdatangan, sebagian besar mengkritik aksi mereka.
Namun, ada satu komentar yang benar-benar menusuk hati Raisa. “Bagaimana kalau itu ibumu?”
Raisa terdiam. Kata-kata itu terus terngiang di pikirannya. Ia membayangkan ibunya, yang bekerja keras sebagai pedagang kecil. Bagaimana jika seseorang memperlakukan ibunya seperti itu?
Esoknya, Raisa memutuskan untuk mencari penjual kue itu. Ia merasa bersalah dan ingin meminta maaf. Setelah beberapa jam mencari, akhirnya ia menemukannya di pasar kecil. Dengan suara bergetar, Raisa meminta maaf sambil menyerahkan sejumlah uang sebagai ganti rugi.
“Nak, saya memaafkan. Tapi ingat, hidup bukan cuma tentang popularitas. Jadilah orang yang bermanfaat,” kata si penjual kue dengan lembut.
Sejak hari itu, Raisa mengubah cara pandangnya. Kanal TikTok-nya kini berisi konten yang positif, seperti membantu pedagang kecil dan mengedukasi orang lain untuk lebih peduli. Popularitasnya tetap meningkat, namun kali ini untuk alasan yang benar.
Editor: Madi