SIDAKPOST.ID, NTT – Berdasarkan Studi Status Gizi Indonesia (SSGI) 2021, Nusa Tenggara Timur tepatnya di Kabupaten Timor Tengah Selatan menjadi salah satu daerah Pravelensi stunting tertinggi di Indonesia dengan mencapai 48,3 persen. Angka ini sangat jauh dari angka yang di toleransi oleh WHO yakmi 20 persen, Selasa (22/3/2022).
Menurut data SSGI, di Nusa Tenggara Timur tidak ada daerah yang berstatus hijau bahkan biru, hal ini karena, masih ada 15 kabupaten yang memiliki prevalensi stunting di atas 30 persen ini berstatus merah, dan 7 kabupaten lainya berstatus kuning, dengan prevalensi stunting sekitar 30-20 persen
Secara nasional Kabupaten Timor Tengah Selatan menduduki posisi nomor satu balita mengalami stunting, ada 48 dari 100 balita yang mengalami stunting, ini berarti Kabupaten Timor Tengah tidak bisa berjuang sendiri, perlu bantuan dan dukungan dari semua pihak pemangku jabatan.
Menurut Hasto Wardoyo yang juga Ketua Pelaksana Tim Percepatan Penurunan Stunting Nasional, khusus untuk Kabupaten Timor Tengah Selatan diharapkan prevalensi kasus stunting 48,3 persen.
Saat ini dapat menurun menjadi 43,01 persen di akhir 2022 dan melandai di angka prevalensi 36,22 persen di 2023, sehingga di 2024 bisa menuju di angka 29,35 persen
“Rencana kunjungan kerja Presiden Joko Widodo ke Soe ibu kota Kabupaten Timor Tengah Selatan pada Kamis, 24 Maret 2022 mendatang menunjukkan kepedulian dan komitmen dari Presiden dan Pemerintah Pusat akan pengentasan persoalan stunting,”katanya.
Bagi Presiden Jokowi, NTT selalu ada di hati dan BKKBN memastikan amanah dari Presiden untuk akselarasi penurunan stunting tetap dalam jalur yang tepat,” jelas Kepala Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) Dr. (H.C). dr. Hasto Wardoyo, Sp.OG. (K).