Tazkiyatun nafs, atau pensucian jiwa, adalah proses spiritual dalam Islam untuk membersihkan hati dari penyakit seperti riya, hasad, ujub, dan takabur. Proses ini menjadi penting karena hati yang bersih menjadi syarat diterimanya amal ibadah dan kedekatan seorang hamba dengan Allah SWT.
Dalam Al-Qur’an, Allah berfirman: “Sungguh beruntung orang yang menyucikan jiwanya” (QS. Asy-Syams: 9). Ayat ini menegaskan bahwa keberuntungan sejati diraih melalui tazkiyah, bukan harta atau jabatan dunia.
Proses tazkiyatun nafs dimulai dengan mengenali penyakit hati dalam diri. Tahap berikutnya adalah mujahadah atau perjuangan melawan hawa nafsu. Ini mencakup ibadah rutin, dzikir, introspeksi, dan menjauhi maksiat. Ulama besar seperti Imam Al-Ghazali menekankan pentingnya ilmu dalam tazkiyah, karena hanya dengan cahaya ilmu seseorang dapat membedakan mana yang benar dan batil.
Tazkiyah juga mencakup penyucian niat dalam beramal. Banyak amal yang secara lahiriah terlihat baik, namun tidak diterima karena disertai niat yang salah. Oleh karena itu, setiap muslim perlu terus memperbaharui niat dan menghindari keinginan untuk dipuji atau memperoleh keuntungan duniawi.
Penting pula untuk menjaga pergaulan. Lingkungan sangat mempengaruhi hati. Bergaul dengan orang-orang shalih dan menjauhi teman yang membawa keburukan merupakan bagian penting dalam proses tazkiyatun nafs. Hal ini menumbuhkan semangat ibadah dan mencegah kita terjatuh ke dalam kelalaian.
Akhirnya, tazkiyah bukan sekadar proses mental, tapi juga pembentukan karakter. Orang yang bersih jiwanya akan tampak dari sikapnya: tidak mudah marah, sabar, ikhlas, dan ringan membantu sesama. Inilah yang membuat tazkiyatun nafs sangat relevan dan dibutuhkan dalam kehidupan umat Islam masa kini.
Editor: Madi