“Penerimaan Bea Masuk Tahun 2024 tumbuh positif 250,78% dibandingkan
dengan Tahun 2023 (YoY), sedangkan penerimaan Cukai Tahun 2024 juga tumbuh positif 551,90% dibandingkan dengan Tahun 2023 (YoY).
Sementara penerimaan Bea Keluar masih belum tumbuh lebih baik meskipun target penerimaan dari Bea Keluar terlampaui,” jelas Leni.
Pada tahun 2024, komoditas ekspor utama dari Aceh meliputi kopi, batu bara, palm kernel shell, pasta kakao, bahan mineral, minyak petroleum, ukiran/ kerajinan hasil laut, tanaman hidup, dan
buah.
Namun, data menunjukkan penurunan penerimaan Bea Keluar, terutama dari komoditas CPO
(Crude Palm Oil) dan turunannya bila dibandingkan dengan penerimaan Tahun 2023.
Beberapanfaktor yang menyebabkan penurunan ini antara lain kondisi alam yang ekstrem, dan fasilitas pelabuhan yang kurang memadai.
Pelabuhan Calang, misalnya, menghadapi tantangan cuaca dan
fasilitas yang tidak memadai untuk kapal besar. Selain itu, biaya logistik yang tinggi dan kurangnya jaminan keselamatan di pelabuhan juga menjadi kendala utama.
“Kedepan Bea Cukai Aceh bersama dengan instansi terkait akan terus melakukan evaluasi agar penerimaan dari Bea Keluar tumbuh lebih
baik,” jelas Leni.
Saat ini masyarakat dapat memantau kinerja penerimaan kepabeanan dan cukai, serta perpajakan yang dihasilkan dari kegiatan kepabeanan dan cukai melalui laman https://kanwilaceh.beacukai.go.id/ppid/rekapitulasi-penerimaan-negara.html
“Kami sediakan laman resmi website Kanwil Bea Cukai Aceh, untuk masyarakat dan rekan-rekan media, sebagai bentuk keterbukaan informasi publik,” pungkas Leni.
Bea Cukai Aceh sebagai instansi vertikal Bea Cukai berkomitmen untuk terus mengamankan penerimaan negara dari sektor kepabeanan dan cukai (revenue collector), diantaranya dengan
memberikan stimulus fiskal berupa fasilitas kepabeanan dan cukai, meningkatkan pengawasan dan
pelayanan kepabeanan dan cukai serta pemberdayaan UMKM di wilayah Aceh. (jkr)