Tentu saja menggunakan cara drama Korea. Yang mendayu-dayu.
Padahal berpolitik dibutuhkan sikap yang Kuat, mental yang Tangguh. Dan sama sekali tidak menunjukkan “kelemahan”. Apalagi kemudian bersikap cengeng. Untuk menutupi kegagalan terhadap keinginan politik yang hendak diraihnya.
Tidak lupa kemudian air mata kemudian berderai.
Bagaimana mau menjadi Pemimpin ? Jangankan bertanding, memasuki arenapun menunjukkan kegamangan untuk bertanding.
Bagaimana pula harus menjelaskan program-progam yang hendak diusung ? Pekerjaan sekaligus prestasi yang diraihpun tidak pernah dijelaskan kepada orang banyak.
Lalu apakah seorang cowok tidak boleh menangis ? Yap. Setiap orang boleh menangis. Setiap orang berhak untuk merasakan kesedihan.
Namun yang tidak boleh, seorang pemimpin tidak boleh menunjukkan kelemahan. Apalagi sampai menangis.
Jangankan Pemimpin politik, seorang Kepala rumah tanggapun harus menunjukkan ketegaran terhadap persoalan rumah tangga. Dia sama sekali tidak boleh menunjukkan kelemahan. Apalagi kemudian menyerah.
Bahkan dia harus menyepi. Untuk menangisi kesedihannya. Sedapat mungkin hanya orang tertentu yang boleh melihatnya.
Ah. Kondisi politik yang terjadi sama sekali jauh dari bayanganku.
Atau mungkin sebaiknya dia Malah harus belajar sama si bungsu. Seorang lelaki tangguh yang sama sekali tidak menunjukkan kelemahannya. Dan dia menunjukkan cara bagaimana menyelesaikan masalahnya sendiri.(***)
Musri Nauli SH ialah advokat Jambi yang juga Direktur Media Haris-Sani