Di tengah maraknya kue modern dan pastry luar negeri, nagasari tetap menjadi primadona di pasar tradisional Indonesia. Kue berbahan dasar tepung beras, santan, dan pisang ini dibungkus dengan daun pisang, dikukus hingga matang, dan menghasilkan aroma khas yang tak tertandingi.
Sejarah dan Filosofi Nagasari
Nagasari berasal dari Pulau Jawa dan biasanya hadir dalam acara adat atau syukuran. Dalam budaya Jawa, nagasari melambangkan kesederhanaan dan keikhlasan. Kue ini biasa dijadikan simbol doa untuk kelimpahan rezeki dan keharmonisan hidup.
Komposisi dan Cita Rasa
Nagasari terbuat dari tepung beras, santan, dan pisang. Isian pisang raja atau kepok menjadi pusat rasa manis alami yang berpadu dengan lembutnya adonan putih. Dibungkus daun pisang, nagasari menyerap aroma alami yang membuatnya lebih harum dan menggugah selera.
Keunggulan Penggunaan Daun Pisang
Selain memberi aroma sedap, daun pisang juga menjaga kelembapan dan kelembutan nagasari. Di sisi lain, daun pisang adalah pembungkus alami yang ramah lingkungan, mudah terurai, dan tidak menghasilkan sampah plastik berlebih.
Cara Membuat Nagasari yang Lembut dan Tidak Pecah
Bahan-bahan:
-
250 gr tepung beras
-
100 gr tepung tapioka
-
800 ml santan
-
200 gr gula pasir
-
1 sdt garam
-
5 buah pisang kepok matang
-
Daun pisang untuk membungkus
Langkah-langkah:
-
Campur semua bahan kecuali pisang dan daun pisang.
-
Masak di atas api kecil sambil diaduk hingga mengental.
-
Siapkan daun pisang, beri adonan, letakkan irisan pisang di tengah, lipat dan bungkus rapi.
-
Kukus selama 20–25 menit hingga matang.
Popularitas Nagasari di Era Modern
Meski sederhana, nagasari kini mulai muncul di berbagai kafe dan hotel sebagai menu dessert tradisional. Inovasi juga muncul dengan isian baru seperti cokelat, keju, bahkan ubi ungu. Tapi tetap, versi klasik dengan pisang raja dan balutan daun pisang tetap jadi favorit.