” Ya kami berharap di 2018 nanti murid kami tak lagi belajar dilantai. Setidaknya bisa belajar seperti sekokah madrasah yang lain. Padahal jumlah murid kami mencapai 80 orang dari kelas satu, dua an kelas tiga,” ucapnya.
Sebut Holidi, keterbatasan itu justru dijadikan sebagai pemacu untuk tetap mengembangkan dunia pendidikan ilmu agama. Kendati hanya tiga orang guru yang mengajar, semangat juang bagi guru yang mengajar tetap kokoh.
”Kisah perjuangan madrasah ini layak dijadikan inspirasi bagi kita semua bahwa tidak ada kata menyerah untuk memajukan masa depan anak-anak bangsa. Apapun kondisinya kami tetap berupaya mengajar sebaik mungkin,” katanya. (muri)