Opini  

Menggali Makna ‘Salah Boleh, Bohong Jangan’ di Balik Kecanduan

Yulfi Alfikri Noer S.IP., M.AP. Foto : sidakpost.id/ist

Memahami perilaku kebohongan ini penting, karena jika kita menganalisis dari narasi tersebut, seorang pecandu atau mantan pecandu narkoba memang melakukan dua hal sekaligus: kesalahan dan kebohongan.

Pertama, kecanduan narkoba itu sendiri adalah suatu kesalahan, baik dari segi moral maupun hukum, karena tindakan tersebut merusak diri sendiri dan bisa berdampak buruk pada lingkungan sekitar. Kecanduan sering kali menuntun seseorang untuk melanggar aturan dan nilai-nilai yang dijunjung dalam masyarakat.

Kedua, kebohongan adalah hal yang hampir tak terpisahkan dari kehidupan seorang pecandu. Kebohongan biasanya muncul sebagai mekanisme perlindungan diri. Kebohongan ini bisa sangat merusak hubungan sosial dan kepercayaan yang terjalin. Jadi, seorang pecandu narkoba atau mantan pecandu narkoba tidak hanya melakukan kesalahan dengan terlibat dalam kecanduan, tetapi juga memperburuk situasi dengan berbohong untuk menutupi kesalahan tersebut.

Baca Juga :  Kandasnya DR.Solihin di Pilkada Bungo 2024

Pola kebohongan ini sering berulang dan dapat menciptakan lingkaran setan di mana kebenaran menjadi kabur, dan hubungan dengan orang lain rusak karena ketidakjujuran. Inilah mengapa integritas dan kejujuran sangat penting, terutama bagi seorang pemimpin atau figur publik yang diharapkan menjadi teladan.

Karena pola kebohongan ini dapat berdampak luas, maka penting untuk memahami bahwa seorang pemimpin yang merupakan mantan pecandu narkoba membawa sejumlah risiko yang bisa berdampak buruk pada kepercayaan publik, stabilitas kepemimpinan, dan realisasi visi-misi yang diemban.

Baca Juga :  Ungkapan Anak Negeri: Bersamamu Bhabinkamtibmas Siap Membangun Desa

Salah satu dampak yang paling terasa adalah krisis kepercayaan publik. Masyarakat cenderung ragu untuk mempercayai janji-janji kampanye dari seseorang yang memiliki riwayat kebohongan dan manipulasi. Kebiasaan menutupi kebenaran yang sering dilakukan oleh pecandu narkoba saat kecanduan dapat membekas dalam ingatan publik, sehingga mereka mempertanyakan kejujuran dan niat baik pemimpin tersebut.