Ancol adalah nama tempat yang digunakan sebagai tempat pangkalan speedboat di Jambi. Terletak di depan rumah Gubernuran.
Dulu sebelum dibangun WTC, pangkalan sering juga disiapkan di depan pasar Angso duo.
Awal menggunakan speedboat, semula saya sempat heran. Mengapa para penumpang lebih suka memilih bangku dibelakang. Sehingga saya kemudian segera memilih bangku didepan. Terutama disamping nakhoda. Ataupun dibelakang nakhoda.
Namun ketika speedboat mulai dipacu kencang, posisi speedboat yang agak nukik membuat speedboat kemudian menghantam air. Sehingga membuat perut seakan-akan muntah. Sejak itu saya kemudian kapok untuk memilih duduk didepan.
Dan cerita itu kemudian berulang. Dengan melihat polah dan tingkah sebagian besar kru Jambi mantap memilih bangku depan, saya kemudian tersenyum-senyum.
Ketika dari Desa Air Hitam Laut menuju Pulau Berhalo memang masih siang. Sekira jam 12.00. Ombakpun belum begitu deras.
Mereka berebutan duduk didepan. Bahkan dengan santai dua orang malah duduk disamping nakhoda.
Sepanjang perjalanan belum terasa kekuatan ombak. Mereka malah banyak yang berdiri. Memandang Pulau Berhalo dari kejauhan. Berteriak histeris kegirangan.
Bahkan menjelang ke Pulau Berhalo, sebagian besar malah berdiri. Bak “Laksamana Cheng Ho” memimpin pelayaran menyerbu Majapahit.
Setelah kunjungan ke Makam Datuk Paduko Berhalo, istirahat sebentar dan makan siang, kamipun pulang.
Lagi-lagi mereka tetap memilih duduk dibangku depan. Tidak berubah posisi duduk.
Pelan tapi pasti. Ketika mulai menyeberang Selat Malaka, Selat yang paling sibuk lintas perdagangan dunia, ombak besar mulai menghantam speedboat.