Perilaku seperti ini hanya menambah daftar panjang keraguan terhadap Romi, yang tampaknya tidak siap untuk menerima kritik atau mempertanggungjawabkan isu yang mencoreng citranya. Insiden ini, bagi banyak pihak, mencerminkan bukan hanya kegagalan dalam etika publik, tetapi juga ketidaksiapan mental untuk mengemban tanggung jawab besar sebagai seorang pemimpin.
Para ahli dalam bidang psikologi dan studi rehabilitasi narkoba menilai bahwa mantan pengguna narkoba yang berhasil sembuh seharusnya dapat menunjukkan tingkat kedewasaan dan pengendalian diri yang lebih baik, terutama setelah menjalani proses pemulihan yang diharapkan melibatkan peningkatan keterampilan emosional dan pengelolaan stres. Respons arogan dan kasar yang ditunjukkan Romi justru dapat menunjukkan bahwa individu tersebut belum sepenuhnya mencapai keseimbangan psikologis yang stabil atau belum menyelesaikan proses pemulihan emosional yang memadai.
Menurut Dr. Nora Volkow, Direktur National Institute on Drug Abuse (NIDA), salah satu bagian penting dari rehabilitasi narkoba adalah pembentukan kembali kontrol diri dan kemampuan untuk merespons situasi stres secara positif. Setelah proses rehabilitasi, mantan pecandu idealnya memiliki ketahanan emosional yang lebih kuat dan mampu menghadapi situasi kritis dengan tenang. Sikap kasar dan arogansi terhadap media dapat menandakan ketidakmampuan untuk sepenuhnya menyesuaikan diri dengan tuntutan publik dan mungkin memperlihatkan adanya sisa-sisa perilaku destruktif yang masih mempengaruhi pola respons emosional.
Ahli psikologi lain, seperti Dr. Howard Shaffer dari Harvard Medical School, juga mencatat bahwa pemulihan dari kecanduan narkoba tidak hanya mencakup penghentian penggunaan zat, tetapi juga perbaikan pola pikir dan perilaku. Hal ini mencakup perubahan dalam cara menanggapi konflik, kritik, atau tekanan. Dalam konteks ini, tindakan Romi yang agresif terhadap media dapat menunjukkan bahwa pemulihan emosional dan mentalnya belum sepenuhnya tuntas.