Bupati Halusinasi

Ilustrasi pilkada serentak di Jambi.

Di sebuah kabupaten bernama Sukamakmur, pemilihan bupati baru saja selesai. Dua kandidat bersaing ketat:

  • Pak Maman, pengusaha sukses yang dermawan.
  • Pak Dudung, pria percaya diri yang sering berhalusinasi.

Saat hasil pemilu diumumkan, ternyata Pak Maman menang telak dengan 80% suara! Warga bersorak, merayakan kemenangan pemimpin baru mereka. Tapi ada satu orang yang tidak terima: Pak Dudung.

Di rumahnya, Pak Dudung berdiri di depan cermin dengan jas dan peci hitam, tersenyum puas.

“Alhamdulillah, akhirnya saya resmi jadi Bupati Sukamakmur!” katanya sambil merapikan dasi.

Istrinya, Bu Entin, yang sedang menyiram bunga, mengernyit bingung. “Pak, yang menang kan Pak Maman?” tanyanya hati-hati.

Pak Dudung tertawa. “Ah, itu cuma propaganda! Saya sudah dilantik dalam mimpi tadi malam! Ini kehendak alam semesta!”

Bu Entin hanya bisa menghela napas panjang.

Baca Juga :  Bupati Bungo Dampingi Gubernur Jambi Serahkan Bantuan

Bupati Gadungan

Keesokan harinya, Pak Dudung naik ke atas mobil pick-up, melambaikan tangan ke warga sambil berteriak:

“Selamat pagi rakyatku! Mulai hari ini, saya akan memimpin kabupaten ini dengan adil dan bijaksana!”

Warga yang sedang berjualan di pasar saling pandang. “Pak Dudung kenapa, sih?” bisik seorang pedagang.

Anak-anak kecil malah ikut-ikutan berteriak, “Hidup Pak Dudung! Hidup bupati bayangan!”

Pak Dudung semakin percaya diri. Ia langsung menuju kantor bupati, masuk dengan gagah, dan duduk di kursi bupati. Saat Pak Maman datang, ia terkejut melihat kursinya sudah diduduki.

“Pak Dudung, ini kursi saya. Saya yang menang pemilu,” kata Pak Maman dengan sabar.

Pak Dudung tersenyum santai. “Jangan bercanda, Pak Maman. Ini takdir saya. Saya bupati sejati, yang diakui secara spiritual!”

Pak Maman menghela napas panjang. Akhirnya, Kapolres, Sekda, dan Ketua DPRD turun tangan.

Baca Juga :  Si Kancil dan Buaya yang Murah Hati

“Pak Dudung, ini serius. Anda tidak menang. Silakan terima kenyataan,” kata Kapolres tegas.

Tapi Pak Dudung justru berdiri anggun, mengangkat tangan seperti pejabat sedang berpidato. “Baiklah, kalau begitu, saya akan membentuk pemerintahan tandingan di rumah saya! Yang ingin jadi kepala dinas, silakan daftar!”

Sejak itu, rumah Pak Dudung berubah menjadi “kantor bupati bayangan”. Ia bahkan membuat meja rapat di ruang tamu dan mengangkat keponakannya jadi “Kepala Dinas Pangan”.

Setiap pagi, ia menggelar “rapat penting” bersama teman-temannya sambil minum kopi.

Warga pun hanya bisa tertawa setiap kali melihat Pak Dudung berpidato di halaman rumahnya. Sejak saat itu, ia dikenal sebagai “Bupati Halusinasi”, bupati yang gagal tapi tetap merasa dilantik.

TAMAT 😆

Editor: Madi