Di sebuah desa kecil di tepi Danau Kerinci, hiduplah seorang nelayan bernama Pak Danu. Ia dikenal sebagai sosok bijaksana yang sering menceritakan kisah-kisah mistis kepada penduduk desa. Salah satu cerita yang paling sering ia bagikan adalah tentang naga penjaga danau. Menurut legenda, naga tersebut adalah makhluk gaib yang bertugas melindungi danau dan sekitarnya dari marabahaya.
Pada suatu hari, hujan deras mengguyur tanpa henti selama berminggu-minggu. Air Danau Kerinci meluap, menyebabkan banjir besar yang hampir menenggelamkan desa. Penduduk panik, tak tahu harus berbuat apa. Pak Danu kemudian mengajak penduduk untuk berdoa kepada naga penjaga danau, memohon perlindungan. Dengan suara penuh harapan, ia memimpin doa di tepi danau.
Tiba-tiba, air danau mulai surut, dan di tengah danau muncul bayangan besar. Naga penjaga danau menampakkan dirinya. Ia berkata, “Aku akan melindungi desa ini, tetapi kalian harus berjanji untuk menjaga alam dan menghormati danau ini.” Penduduk desa dengan sepenuh hati berjanji. Sejak saat itu, bencana banjir tidak pernah lagi melanda desa tersebut. Danau Kerinci menjadi simbol keharmonisan antara manusia dan alam.
Namun, kehidupan damai itu tidak bertahan lama. Beberapa tahun kemudian, sekelompok pendatang datang ke desa tersebut. Mereka membawa alat-alat berat dan mulai menebang pohon di sekitar danau. Pak Danu memperingatkan mereka tentang perjanjian dengan naga penjaga, tetapi mereka mengabaikan nasihatnya.
Malam itu, langit mendung dan petir menyambar. Penduduk melihat bayangan naga di atas danau. Suara gemuruh terdengar, dan air danau kembali meluap. Desa hampir tenggelam lagi. Para pendatang yang menyadari kesalahan mereka memohon ampun. Mereka menghentikan aktivitas penebangan pohon dan mulai menanam kembali hutan yang rusak.
Naga penjaga kembali muncul, kali ini dengan tenang. “Aku telah memperingatkan kalian. Jaga danau ini, atau bencana akan kembali menimpa kalian.” Sejak itu, penduduk desa dan pendatang hidup berdampingan, menjaga kelestarian Danau Kerinci dan hutan di sekitarnya.
Editor: Madi