Tidak dapat dipungkiri, suasana menjelang Pemilihan Gubernur/Wakil Gubernur Jambi 2024 (Pilgub Jami 2024) memantik polemik dan menarik perhatian publik Jambi.
Suasana “pemanasan” Sebelum didaftarkan dan kemudian ditetapkan menjadi Calon Gubernur/Wakil Gubernur Jambi 2024, sudah menjadi linimasa berbagai pemberitaan di media massa. Termasuk juga hiruk pikuk di dunia media sosial.
Sebenarnya “hiruk pikuk” sekaligus menarik perhatian publik semata-mata didasarkan “cara pandang” di dalam melihat peristiwa. Entah dengan suasana yang gegap gempita maupun cara menangkisnya yang seringkali justru harus disikapi dengan dingin.
Ketika pemberitaan mengenai “jalan rusak” yang kemudian “diamplifier” dengan sikap yang “kurang tepat” tidak salah kemudian justru ditangkap dengan “baper”. Bawa perasaan. Kosakata sehari-hari yang sering digunakan untuk menjawab persoalan dengan “rasa diri” yang berbeda.
Kosakata “baper” kemudian menggelinding dan kemudian dikemas “Politik Baper”. Sebuah kosakata yang akan terus menggelinding dan menjadi pembicaraan yang menarik untuk ditelusuri.
Sejak seseorang kemudian memilih hidupnya untuk “bertarung” politik, maka sejak itu pula publik berhak untuk melihat bagaimana kiprah yang telah dilakukannya. Biasa dikenal sebagai “rekam jejak”.
Sebuah hak publik untuk melihat kiprah yang telah dilakukannya untuk melihat bagaimana gagasan yang akan dihasilkan/disampaikan.
Tentu saja seseorang boleh saja mengklaim “memihak tertentu”. Namun rekam jejak menjadi hak publik pula untuk melihat apa saja yang telah dilakukan.