Ketika angka input data situng KPU mulai memasuki angka 97 %, setelah rapat pleno ditingkat kecamatan usai dilaksanakan, angka Raihan oleh Al Haris-Sani tidak mungkin terkejar lagi.
Kemenangan Al Haris-Sani adalah kemampuan “menjaga basis” dengan ketat sembari mendatangi berbagai tempat untuk “mencuri suara”.
Strategi ini efektif selain mampu mendongkrak suara sekaligus juga mengejar waktu yang sempit ditengah pandemic yang melarang keras untuk berkerumanan.
Tidak dapat dipungkiri kemenangan Al Haris-Sani membelalakkan sebagian kalangan. Kemenangan Al Haris-Sani membongkar paradigma politik yang selama ini menjadi panduan masyarakat.
Sebagai “orang dusun”, “orang kecil”, kecakapan Al Haris ditunjang dengan strategi ciamik dari Yai Sani mampu membangun kekuatan kerja kolektif.
Berada dan Bersama-sama dengan tim pemenangan Al Haris-Sani di lapangan, anak muda yang masih bergelora darah muda namun mempunyai stamina yang kuat membuat adrenalin selalu terpacu.
Belum lagi para tokoh-tokoh adat dan tokoh-tokoh yang memberikan jalur khusus untuk semakin lapangnya anak muda bekerja.
Tidak salah kemudian perjalanan Al Haris-Sani menyusuri pelosok setiap tempat didatangi, negeri yang sulit dijangkau, akses jalan yang buruk bahkan hingga fasilitas pendukung yang tidak tersedia. Misalnya listrik dan signal HP.
Namun AL Haris dan Yai Sani tenang menyapa rakyatnya. Mendengarkan suara hati yang paling bening. Sekaligus meyakini pilihan untuk memasuki TPS dan memilihnya.
Suara hati yang jauh dari pantauan menyebabkan suara di TPS kemudian meledak. Sebuah proses yang luput dari kelas menengah termasuk juga Lembaga survey yang tidak pernah sama sekali melihat kekuatan suara diam (silent mayority).