SIDAKPOST.ID, BUNGO – Siapa yang tidak kenal dengan Gula aren. Merupakan gula yang terbuat dari bahan baku air nira diperoleh dari pohon enau yang ada di kebun kebun.
Hasil olahan nira yang diolah menjadi Gula aren ini biasanya dapat diolah menjadi bahan baku pembuatan kecap manis, wedang jahe, bubur kacang hijau dan lainnya.
Seorang petani gula aren, Syar’i kepada tim redaksi sidakpost.id menuturkan, proses pengambilan air nira diawali dengan pemukulan tangkai tandan bunga dari pangkal pohon kearah tandan bunga.
Hal tersebut dilakukan selama satu bulan atau sampai bunga berguguran. Setelah itu baru lah tabung untuk penampung air nira dipasang di ujung tandan batang enau yang sudah dipukul pukul dengan kayu.
“Diawali dengan rentang waktu pada minggu pertama yakni dua kali dalam seminggu. Setelah itu dilanjutkan satu minggu sekali hingga adanya tandan bunga dari tandan yang berguguran,” ucap Syar’i, Kamis (8/6/2023).
Lebih jauh dikatakan, proses pemukulan ini dilanjutkan untuk melemaskan pori pori atau jalur air nira yang akan keluar. Agar keluarnya lancar dan lebih deras masuk ke tabung yang dibuat dari Bambu berukuran kurang satu meter lebih.
“Untuk wadah penampung air nira batang enau juga tidak bisa sembarangan karena bila tidak teliti, hasil dari air nira tak bagus. Makanya sebelum, ditampung bambu itu dipanaskan dulu dengan api agar kering di dalam wadah tersebut,” ujarnya.
Tradisi seperti ini, sudah turun temurun dari nenek moyang terdahulu karena agar hasil gula aren bagus proses pengambilan air nira juga harus lebih teliti. Selain itu, setelah air nira diambil ada proses lagi.
“Tentu banyak yang bertanya, bagaimana bisa menghasilkan gula aren yang bagus, dan laku di jual di pasaran. Jalan keluarnya adalah harus mengikuti tata cara biasa dilakukan oleh orang tua terdahulu. Hingga kini kami terus memproduksi gula aren itu untuk membantu perekonomian keluarga,” tutupnya. (zek)