Kandasnya DR.Solihin di Pilkada Bungo 2024

Rektor IAI Yasni Muara Bungo DR Solihin Saat Bersantai dengan ustad dan Pengurus Aswaja. Foto : sidakpost.id/zakaria

Tadi malam sekitar pukul, 20.15 Wib saat lagi duduk santai ngobrol di warung kaki lima persisnya didepan ATM Masjid Muhammadiyah Cadika, ditengah asyik-asyiknya ngobrol sana-sini berama adinda Muhammad Rifki anak muda kritis dan puitis alumni Kampus Universitas Ilmu Al Qur’an Lebak Bulus Jakarta Selatan ini, kami dikejutkan dengan kehadiran sosok sangat familiar, sederhana, bersahaja dan tokoh akademisi kabupaten Bungo, yakni Dr Muhammad Sholihin, M.Pd dan didampingi Dr Muhammad Sabli sohib dekat, sekaligus rangkap jadi sopir prilen beliau.

Dengan tampilan sederhana, berpeci hitam dan berkain sarung (khasnya kaum nahdliyyin) mereka menuju meja kami dan terjadilah perbincangan dan proses diskusi mulai dari persoalan-persoalan remeh temeh hingga ke persoalan cukup membuat berkerut urat kening.

Sekalipun tanpak serius, sekali-kali tanpak tawa menggelegar memecah keheningan malam. bincang-bincang itu terhenti ketika jarum jam sudah mengarah pukul 22.35 Wib.

Setelah beliau pulang, penulis sempat tertegun sesaat karena kita sama-sama tau sosok beliau sempat mencuat kepermukaan dan di digadang-gadangkan akan ikut dalam bursa perhelatan akbar Pemilukada Kabupaten Bungo tapi tampaknya ‘kandas’ pada detik-detik terakhir mendekat prosesi deklarasi dan pendaftaran Bacalon di kantor KPUD Kabupaten Bungo persisnya tanggal, 28 – 29 Agustus 2024 lalu.

Padahal, pria yang nota bene adalah rektor IAI STAI YASNI Muara Bungo Provinsi Jambi ini punya mahasiswa ribuan, hampir merata tersebar ada di setiap kecamatan bahkan pelosok desa-desa di bumi langkah serentak limbai seayun kabupaten bungo, jaringan ini sudah terbentuk hanya saja tidak mampu menjadi tolak ukur bergeming dalam kancah politik Bungo saat ini.

Secara kwalitas pemikiran dan konsep sosok doktor satu ini tidak diragukan lagi, akan mampu menjadikan sebagai unifying (pemersatu) kekuatan yang mengembalikan fitrah demokrasi yang sudah terlanjur terjerumus dalam jurang feodalistik dan materialistik. Sebagaimana beliau menjadikan kampus IAI sebagai center of excellence atau pusat intelektualisme dan peradaban, dengan ide sekaligus solusi dan praktik cemerlang dalam menyelesaikan masalah di Kabupaten Bungo.

Baca Juga :  Di Hari Ibu Babinsa Koramil Telanaipura Bujuk Anak yang Berlindung Dibalik Punggung Ibunya

Jika sosok intelektual seperti Dr Sholihin ini tampil juga diharapkan menjadi sosok yang mampu membawa kembali sebagai inspirasi terpenuhinya hak-hak dasar masyarakat. Khususnya di dunia pendidikan, serta kearifan lokal dalam bingkai kesatuan.

Juga mampu menjadi garda terdepan membangkitkan kepercayaan ummat, gairah peradaban dengan ide-ide besar yang orisinil, unik dan cemerlang. kembali dengan mengembangkan Kabupaten Bungo tidak hanya sebagai pusat pembangunan tapi juga menjadi pusat studi.

Tidak terjebak konflik dan ego sektoral, dan mampu membawa kemaslahatan bagi siapapun. Menjadi pendamai bagi masyarakat pasca pandemi, menjadi suluh bagi penegakan esensi agama yang humanis dan berwibawa, serta menjadi teladan di tengah dinamika pertarungan global semakin konpetitif.

Setidaknya ada tiga modal diri (personal capital) yang dimiliki Dr Muhammad Sholihin, yang semenjak mahasiswa telah melekat dengan sebutan aktifis. Basic aktifis-nya penerawangannya tentu berbeda dalam menatap dan melihat berbagai fenomena sosial kemasyarakatan.

Pertama, kepekaan sosial–dengan kapasitas organisatoris yang dimilikinya, diyakini kemampuan membaca masalah, memecahkan masalah dan kemampuan komunikasi yang baik akan terimplementasi dalam balutan kepekaan sosial.

Tentu saja ada pandangan yang luas dalam melihat suatu persoalan. Sehingga membuat ia bisa memotret realitas sosial, derita ekonomi mahasiswa/ masyarakat yang terpinggirkan, dan termarjinalkan secara ekonomi maupun politik.

Baca Juga :  Jelang Pilkada 2024, JMSI Ajak Masyarakat Lebih Teliti Menerima Berita

Oleh karena itu, ia bisa ‘menemani’ berbagai komunitas masyarakat serta mencarikan solusinya. Sebagai mantan aktifis tentu telah terbangun kepekaan sosial, sehingga bukan saja simpati, tetapi lebih dari itu adalah empati yang disertai dengan tindakan-tindakan nyata.

Sebab beliau juga lahir dari rahim serba ‘keterbatasan’ dengan sendirinya akan menuntunnya menyelesaikan berbagai problematika sosial kemasyarakatan.

Kedua, tentu saja leadership kepemimpinan. rasanya persoalan ini bagi pria yang juga wakil Ketua Tanfidziah PC NU Bungo ini sudah tidak di ragukan lagi, semenjak mahasiswa telah teruji kepemimpinan sampai detik ini, Seorang pemimpin itu yang terpenting memiliki perspektif yang luas.

Dan modal Ketiga, Manajerial untuk yang satu ini jelas banyak yang meyakini kemampuan pria kelahiran Dusun Koto Jayo Pelepat ini. Semakin terlatih dan terampil kemampuan manajerial-nya. apalagi ditunjang dengan gelar doktor yang disandangnya saat ini.

Rasanya tisak berlebihan jika di sebut ‘paket komplit’. Dunia akademik bagus, leadersip kuat, manajerial bagus, ditambah lagi memiliki kepekaan sosial yang tinggi dengan visi keindonesiaan dan keislaman yang moderat, maka tidak terbayangkan bagaimana 10 – 20 tahun ke depan Kabupaten Bungo ini.

Patut diingat beliau juga bukan malaikat, cuma manusia biasa yang tentu juga tak luput dari kelemahan sebagai manusiawi. Sekalipun niat baik kandas ditengah jalan, beliau menitip kepada siapapun nantinya terpilih menjadi Bupati dan Wakil Bupati Bungo hendaknya mampu menjadikan dunia pendidikan sebagai program perioritas, karena ini aset jangka panjang yang wajib dimiliki oleh Pemerintahan Kabupaten Bungo ke depan.

Penulis : Agus Salim, Sekretaris PC NU Kab. Bungo dan buruh Santri Pesantren Aswaja